Pertama kali kami bertiga (aku, Z dan E) menginjakkan kaki ke Bangalore India adalah saat pesawat kami landing di dini hari. Setelah custom clearance di Bandara selesai, barulah kami mencari taksi untuk diantar ke HOtel yang sudah kita reserve sebelumnya dari Indo. Maaf, karena ini baru pertama kali kami ke India, kami merasa cemas datang di malam buta. Harus naik taksi dengan driver yang bertampang sangar. Sementara temanku Z yang laki2 sangat cuek duduk di depan tertidur pulas, aku dan E tidak bisa tidur sama sekali karena pikiran dan kecemasan kami. Bahkan supir taksi itu sempat berhenti di tengah jalan, rupanya ia mengantuk, jadi minta izin beli kopi dulu. Penjual kopinya juga jangan dibayangkan seperti warung kopi di Indo ya, ia hanya membawa barang dagangannya di tepi jalan, lalu disamperin oleh supir2 truk, taksi dan bus di tengah malam. Bismillah, semoga kami baik2 saja sampai hotel.
Hotel kita adalah bintang 3. Menurutku sangat lumayan karena terutama wifi nya lancar jaya, sehingga kalau sudah sampai hotel kami bisa berpuas2 ria berkomunikasi dengan keluarga di Indo. Setiap pagi, breakfast juga sangat ready. Bakalan dipuas2in dan dibetahin karena kami harus menyantap breakfastnya 3x, alias 3 hari.
Suasana restaurantnya lumayan elegan untuk hotel sekelas itu di India, walaupun kebersihan belum sangat mewakili hotel di kelas bintang 3 di dunia.
SO far so good.
A - Ini adalah breakfast H1, aku mengambil chick liver, sandwich berisi bawang bombay, telur dan yoghurt, tortila asin, tortila hitam yang pedas (tapi penampilannya seperti paru sapi goreng tanpa telur). Baru sadar kalau di India nggak mungkin lah masak sapi, apalagi jerohan sapi..
A - Ini adalah breakfast H2, ada bihun goreng, ayam panggang, bakpo putih dan ikan tepung2an nggak jelas. bihun gorengnya tetap rasa dominan kari, tapi aku suka. Bakponya berasa apem plain, yang sebenarnya kurang pas kalau dimakan dengan bihun. ikan tepung2an itu pada dasarnya ada yang berisi sayur dan yogurht. dominan, rasanya gurih.
Yang membuat aku suka setiap sarapan adalah aku bisa mengorder omelet kesukaanku, white omelet isi campur macam2 termasuk chilli! Pelayannya responsif dan paham dengan maksudku. Thanks to sebuah hotel di Medan yang memberiku ide untuk memasak white omelet yang sehat di makan setiap hari. Kalau bosan, baru pesan yang original omelet alias pakai kuning telur
Selesai makan besar, tinggal ambil dessertnya, yaitu juice dan buah. Juice nya tidak terlalu cocok untuk ku, rasanya aneh. Buah yang sering ada adalah melon merah dan semangka merah.
Temanku komplain kepada hotel dengan sinyal wifi yang tidak bisa diakses dari kamarnya. Lalu manager hotel memindahkannya ke kamar lain, dan alhamdulillah rejeki dari Allah, dia mendapatkan kamar suite yg lebih besar. Sebenarnya ia menawarkan kamar ini pada kami, ibu2. Tapi aku nggak kebayang boyongannya yang susah. Ini lihat kamarnya
Di konferensi, panitia menjamu kami habis2an. Ada satu kuliner yang tidak terbayang. Dari bentuknya, pasti anda tidak mengira kalau ini adalah kolak pisang kan? Kuahnya santan kental sekali, dipadu dengan banan jelly yang tajam rasanya, but its not bad.. membuat kangen kolak yang sesungguhnya di Indo
Transportasi publik yang ada di sana terutama adalah Atho` (auto motor), yang kalau di Thailand kita panggil Tuk2. Warnanya yang dominan adalah kuning hijau. Ibaratnya seperti becak, kita harus menawar tarif perjalanan sejak awal mau naik. lebih murah dan sangat disarankan menggunakan argo. Jika kita tidak mengingatkan di awal, supir biasanya tidak menyalakan argo dan dia menentukan sendiri harga tripnya. Sebenarnya ada bis AC juga. temanku kost dari Australia yang berkebangsaan India menyarankanku untuk naik bis kalau mau ke kota. Tapi karena kami bertiga dan mau jalan seharian penuh, maka kami memilih rent a car.
Waktu kita tinggal sehari. Konferensi juga sudah berakhir. Tinggal belanja dan beli oleh2 yang belum. Wah, kita harus ke city dong, tepatnya ke pasar yang jual baju2 dan souvenirs. tapi perjalanannya sungguh perjuangan. Jalan lumayan membludak, macet berat. Untung kami sewa mobil satuannya kilo, bukan jam2an. lihat suasana kemacetannya; dari sore sampai malam.
Ini adalah salah satu mall modern yang ada di sana. Namanya agak lupa, Koramangala (?). Panitia konferensi merekomendasikan kami untuk pergi ke sana. Agak tidak pas juga dengan bayangan kami. Awalnya kami pikir adalah sebuah pasar yang menjual baju2 dan daerah business district. ternyata adalah sebuah mall modern. tapi tidak ada salahnya mengunjungi sisi modern kota ini. Bahkan kami sempat masuk ke McD dan Pizza Hut nya juga, walaupun tidak jadi beli karena antrian yang panjang.
Atas - Ini adalah foto pom bensin yang ada di sana. Malam hari kondisinya tidak terlalu ramai. Aku penasaran saja dengan harga bensin 1 liternya berapa di sana
A - Ada tanda Mysore road. Karena waktu kami berkunjung di Bangalore tidak terlalu lama, kami belum sempat pergi ke Mysore Palace; istana raja bersejarah yang kabarnya cantik sekali gedungnya. Tapi katanya jaraknya terlalu jauh. Yah, cukup melewati Mysore road saja di malam hari.
Kami menghabiskan waktu belanja sampai jam 9 malam, sampai bingung malamnya mau makan apa? Bu E rupanya sudah tidak mood lagi untuk makan malam karena sudah capek. Aku sendiri sebenarnya tidak masalah kalau tidak makan malam, karena toh juga masih ada persediaan pop mi di kamar hotel. Untungnya Z mengajak kami mampir untuk take away di KFC dekat hotel. Alhamdulillah, jadi bisa memanjakan perut.
Lihat suasana antri ordernya. Ternyata jam segitu KFC juga masih ramai. Hebatnya pembelinya orang lokal juga, jarang turis yang pesan di situ.
Ini adalah beberapa menunya. Di India KFC jadi jagoan karena bisa berinovasi penuh dengan produk2 ayamnya. Ada berbagai burger ayam dengan rasa yang bermacam2. harganya bervariasi dari 20-40 rupee (sekitar Rp 40.000 - 80.000). Harga gak beda2 jauh lah dari Indo.
Hari terakhir, sebelum perjalanan meninggalkan India, kami melakukan city tour. Just killing time all day sampai jadwal pesawat kami landing pada dini hari. Tujuan pertama adalah City Garden of Bangalore. Yah, seperti kebun raya Bogor, begitu. Padahal ke kebun raya Bogor pun aku malah belum pernah.
Harga tiket masuknya sekitar 30-50 rupee per orang, termasuk per piece kamera juga. Di dalamnya ada banyak tanaman, ruangan atau taman yang sejuk, Ada monyet2 juga yang dibiarkan liar hidup dipepohonan.
Kebun itu dinamakan Lal Bagh Garden. Di tengahnya terdapat sebuah glass house yang bagiku mirip pendopo istana raja yang sangat besar. Maklum karena tournya tanpa guide, jadi kita hanya foto2 tanpa tahu betul itu apa..
Tujuan berikutnya adalah candi/ kuil, atau istilah internasionalnya temple Sri Krishna.
untuk masuk ke kuil kita diminta membayar tiket masuk sebesar 300 rupee (Rp 30.000an) per orang.
ini adalah beberapa tanda yang memberikan informasi pada pengunjung.
Setelah membeli entry tickets, kami dipersilakan berjalan menyusuri path yang sudah ditentukan, bersama2 dengan orang2 india lainnya yang rupanya akan beribadah.
Kami ber 6, sebagian besar memutuskan untuk tidak jadi masuk ke temple karena prosedurnya rumit, kami harus bersuci sedemikian rupa, mungkin lebih banyak proses ritualnya daripada kalau kita masuk ke pura di Bali.
Akhirnya kami keluar dari jalur masuk temple dan mencari angle yang bebas untuk mengambil gambar temple tersebut.
Ini adalah salah satu prosedur yang susah, yang menyebabkan kami harus berpikir 2 kali untuk masuk ke temple, karena harus copot alas kaki, menitipkannya pada petugas dengan membayar 2 rupee per orang. Lalu kami disiram air suci (ibaratnya mungkin seperti wudhu dulu sebelum masuk masjid?) dan baru boleh berjalan masuk ke temple
Dalam perjalanan, Bangalore sempat hujan. Padahal sebagian besar koper kami ada di atas mobil. Hahaha, seperti orang india banget ya kalau traveling beramai2 semua barang ditaruh di atas mobil. Sementara pak sopir tidak menutup koper2 itu dengan terpal nya. Karena ada koper yang tidak waterproof, maka kami jadi ribut dan akhirnya berhenti sejenak memindahkan koper ke dalam mobil.
Sebelum hujan, alhamdulillah kami sudah makan siang seadanya, sak nemunya restoran halal. Karena, agak sulit juga berkomunikasi dengan supir. Kami minta untuk mencari KFC, tapi dia tidak tahu KFC itu apa. atau karena dialeknya yang beda.. contoh, waktu naik mobil sewaan kemaren kami bertanya berapa harga karcis tol? pak supir bingung, tapi waktu bilang thol, bukan tol.. maka ia baru ngeh..
Malam harinya, tibalah kami menjalani traveling panjang menuju rumah tercinta. Ah, rasanya sudah rindu banget makan sesuatu yang berkuah encer tanpa bumbu kari/ kare/ gule. 4 harian ini rasanya sudah bosen dicecari dengan makanan berbumbu santan berat, lebih berat dari padang.. Namun kami harus ke Srilanka dulu. Penantian pesawat masih panjang. Sampai di Airport Bangalore sekitar pukul 3 sore, padahal pesawatnya baru take off sekitar dini hari. akibatnya jadi kurang kerjaan, lihat saja gambar2 yang ditangkap kamera tab-ku. Suasana airport di Bangalore tidak kalah modern sama Changi
A - ini adalah sign gate tempat kami menanti pesawat
A - Papan schedule pesawat tertata dengan rapi dan ditulis per baris dengan tulisan yang besar2
A - Ini adalah lobi utama, di tengah airport, ruangan yang cukup luas tempat orang pertama kali check in untuk mengantri di counter maskapai masing2 tujuan
A - Jika check in gate belum dibuka, tapi anda pengen masuk ke airport tidak masalah. tinggal duduk2 saja di cafe yang menjual snack dan kopi. Sayang di luar tadi aku sudah menukar rupee indiaku. sebagian besar malahan, sehingga aku hanya punya rupee di bawah 50 saja. Laku buat beli apa tuh? Ternyata masih laku buat beli 2 croissant. Lumayan. Kalau minum sudah tidak terjangkau, semuanya di atas 100 rupee, kecuali air mineral.
A - Ini adalah cafe yang ada di luar ruangan airport. Tapi kami tidak tertarik duduk di situ
A - Ini adalah lobi luar airport. sangat luas dan panjang kan?
A - Sebelum check in, kita bisa melihat papan pengumuman skedul pesawat ini.
No comments:
Post a Comment