HARI SABTU
kami terbagi menjadi 2 grup, terbang dengan maskapai L dan G. L untuk juniors dan G untuk seniors. Kasihan yang juniors bakalan kosongan di udara sampai di tujuan nanti..
Pesawat kami transit di CKG.. sebelum menunggu pesawat ke padang, sempat istirahat sekitar 1 jam di terminal. Karena belum tuntas sarapan, di Jakarta perut sudah teriak2 sehingga orang2 pada pengen makan. sayang terminal tidak lengkap, hanya ada 2 warung makan. yang satu besar tapi sangat ramai. Pukul 9 pagi, mereka belum siap dengan hidangan besar. Pesan bakso saja belum ada, akhirnya kami beli pastel gurih rasa kare dan teh panas
Ini pastelnya. Ternyata lumayan enak. Ada berbagai rasa, mulai dari yg manis sampai gurih ada
Keluar dari bandara, bus kami berhenti di Rumah Makan Lamun Ombak untuk memberi kesempatan kami makan siang.
Ini adalah makan siang dengan menu padang yg pertama, Karena kami sangat kelaparan, maka kami makan dengan lahap dan nasinya terasa punel serta hangat.. Rasanya mau nambah terus. Bahkan aku makan gule otak. Berani bertaruh dengan kolesterol tinggi.. daripada melewatkan kesempatan emas.. makan gule otak asli orang padang. ternyata yummy for my tummy
Ini adalah pemandangan di luar rumah makan. Langit tampak buram diselimuti kabut tipis. Karena baru sebentar di Padang, kondisi ini tidak bisa kami rasakan
Tujuan berikutnya adalah ke air terjun lembah anai. Orang sekitar menyebutnya air mancur lembah anai. Lah? Kok air mancur? Cuma, anda pasti tidak akan mengira pemandangan yg seindah ini, di lereng yang sehijau ini... ternyata letaknya persis di pinggir jalan besaarr, jalan antara Padang - Bukittinggi. Enak wes, nggak perlu terlalu banyak jalan. Tinggal atur angle foto yg bagus.. hasilnya juga akan bagus, seolah2 berada di pegunungan yang hijau dan tinggii..
Di sekitar air terjun ada monyet2 yang berkeliaran di tebing2. Monyet itu ada di sana karena orang2 yg berkunjung sudah biasa memberi mereka makan. Buktinya ada bapak2 penjual kacang tanah.
Pukul 5 sore.. bus kami berhenti dulu di toko oleh2 berupa barang dan kerajian khas Padang dan Sumbar. Ada kerajinan baju, kerudung, tas, dll. Belanja buat oleh2 keluarga di kota asal. Aku harus berhemat dulu, tidak tau di kawasan itu barangnya murah atau mahal. Namanya Desa Pandai Sikek. Teman2 yg bapak2 malah tidak tertarik berbelanja. Mereka malah mencari makanan. Kebetulan ada penjual sate padang di sekitar toko. Yah, lumayan untuk mengobati laparnya perut yg nanggung
Pukul 8 malam.. tapi rasanya sudah seperti pukul 10-11 malam dan badan rasanya sudah sangat capek. Hasilnya, jam segitu ketika diajak makan malam di restoran padang? Piringku jadi ludes.. makannya lahap banget karena kelaparan. menunya tetap sama dengan makan siang tadi.. masakan padang, ayam pop dan rendang daging. tapi rendangnya asin banget. apa karena sudah malam sehingga sudah mentok dipanasin terus ya sama restonya?
Hotel tempat kami menginap di Bukittinggi adalah Pusako Hotel. Hotel bintang 4, tapi hotel lama, yg kejayaannya mulai pudar. Sebenarnya ada hotel yg lebih modern dan letaknya sangat strategis, yaitu di sekitar Jam Gadang.. sayang hotelnya sudah full booked
Suasananya sebenarnya agak horor. Tapi karena kami sampai dan check in di hotel malam hari dalam kondisi capek berat, mungkin tidak terlalu keberatan dengan hal tsb, pokoknya tinggal tidur saja sambil jangan lupa baca bismillah..
HARI MINGGU
Pagi ini kami bermain ke Lubang Jepang. Sebuah terowongan panjang yang dibangun di masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1940an untuk pertahanan
Ini adalah pintu masuknya. Sebuah taman yang indah dengan ornamen2 sumbar menyambut kami dengan hangat.. plus kabut tentunya. Tapi siapa yg menyangka berikutnya pemandangan bakalan berbalik 180 derajat. Kita akan melihat bekas2 tempat penyiksaan, penjara, pembantaian, dll.
Sekali lagi.. kabut yang membuat perjalanan ini jadi kurang sempurna. Seandainya tidak ada kabut, kami akan bisa melihat pegunungan hijau di balik pagar beranda ini. Kabut juga membuat listrik padam.. sebenarnya apa hubungannya? Tidak ada hubungan langsung.. Saat kami ada di dalam terowongan, padamlah listrik itu.. jadi semuanya serba gelap.. mengerikan
Sekitar pukul 10, perjalanan bus dilanjutkan ke pusat kota bukit tinggi, di sana ada jam gadang. Diakhir2 perjalanan, teman2 pada kelaparan lalu membeli makanan lokal khas sana. Apa itu namanya, semacam roti tortila yang dibumbu saos balado dan diberi bihun. Tapi maaf aku tidak tertarik
Jam 10 pagi di alun2 kota bukit tinggi seharusnya terasa terik. Tapi karena saat itu sedang kabut, matahari hanya menampakkan sinarnya sak temlik saja sampai aku mampu memfotonya
Jam gadang juga jadi terlihat kabur kalau difoto dari agak jauh. Biarpun demikian, alun2 tetap ramai. Banyak saja orang berfoto di sekitar situ
A- sesaat sebelum makan siang, bus kami berhenti di sebuah pabrik kopi kuno di desa. Tempatnya sangat tradisional, ini adalah sebuah home industry. Menariknya, pabrik itu benar2 memberikan kesempatan besar bagi pelanggannya untuk mencicipi baik kopi maupun teh dari daun2an lokal. Tempat minum juga disediakan, penuh dengan ornamen dan alat2 permainan tradisional seperti dakon
Di dekat seduhan minuman selalu diberikan informasi lengkap, nama dan khasiat minuman tersebut
A- seperti biasa aku selalu memilih teh daripada kopi. entah teh itu terbuat dari daun yang mana
Ini adalah model seduhannya. Teh atau kopi diseduh dalam air panas satu panci besar yg tinggal diciduk oleh pelanggan secara gratis
Gelasnya ada dua macam, modern dan tradisional. Sudah bisa ditebak bentuknya masing2 dari foto di atas. Sudah bisa ditebak juga, gelasku yg mana, aku agak segan menggunakan gelas yg tradisional
A- Foto burung elang ini diambil di rumah makan Padang tempat kami makan siang. Lokasinya ada di antara perjalanan sebelum sampai di Istana Pagaruyung.
Burung itu sepertinya sudah biasa difoto oleh banyak pelanggan yang mampir ke warung itu. Ia tidak bergerak atau melawan sedikitpun ketika kami mendekatinya untuk diajak foto bersama
Warungnya berkonsep terbuka. Kami makan di atas kolam ikan, jadi seperti restoran terapung. Lumayan lah buat pengisi perut sebelum kami melanjutkan perjalanan lagi ke istana pagaruyung yg terkenal itu
Ini adalah suasana istana pagaruyung di bawah kabut.. Istano Basa benar2 basah.. terhampar kabut asap. Memang kami jalan2 ke sana pada waktu yg tidak tepat
A- ini adalah suasana di dalam istana. Ada banyak patung laki2 dan wanita yang mengenakan busana adat
A- sebenarnya di dalam istana ada guide yang menceritakan arti dan makna masing2 patung, busana apa yang dikenakannya, dst. Tapi aku sedang begitu pusingnya.. sehingga tidak terlalu tertarik untuk berkonsentrasi mendengarkan cerita mereka
Ini foto iseng.. seekor ayam sedang asik mencari makan di atas tanah. Lokasinya di sekitar parkiran Bis yang menunggu kami serombongan yg sedang sibuk mengitari dan berfoto2 di istana Pagaruyung
Foto iseng 2, seekor kucing terdeteksi sedang berjalan santai. Lagi2 di lokasi parkiran Bis. Foto kucing biasanya selalu aku jadikan oleh2 buat Ve
Dari Jauh, gambarnya malah kelihatan utuh. Seekor kucing belang hitam putih.. mirip chez
Mulanya ia malu2 kucing berjalan ke tempat lain ketika melihatku mendekati dia. Tapi setelah menyadari bahwa aku tidak jahat, ia bisa berjalan dengan santainya
Lagi2 kabut membawa nestapa.. kami diajak ke danau. Tapi pemandangannya burek.. tidak kelihatan hamparan pemandangan hijau di depan danau karena semuanya tertutup kabut asap. Maka, lanjutkan saja perjalanan.. tidak usah terlalu lama di danau
Sore hari sekitar pukul 17.30, di Sumatera Barat masih padang.. alias terang benderang. Perasaan masih jam 4 saja.. kami mampir di warung sate Mak Syukur. Kata guide nya itu warung sate padang terkenal. Wajah masakannya seperti tampak di foto, dominan kunyitnya. Satenya berbumbu kuning. Kata orang itu adalah sate gunung. Kalau agak merah, itu adalah sate pantai
Perjalanan dari Bukit tinggi ke Padang cukup terasa panjang dan melelahkan, bahkan sampai di kota Padang setelah malam hari. Dalam bis temanku ada yg sangat kelaparan, sehingga ketika makan malam soto padang.. itu jadi terasa sangat istimewa
Kami baru bisa meneguk kuah sotonya sekitar pukul 8 malam. Karena rombongan kami datang 2 bus, rumah makan itu langsung tutup kehabisan soto..
Soto Garuda ini memang terkenal di Padang. Ada dua pilihan, mau soto daging atau campur. Kalau campur ditambah dengan irisan paru kering. Aku pilih campur, tapi ternyata parunya atos
HARI SENIN
Hari terakhir, sebelum kembali ke kota asal.. hari ini agendanya adalah seminar di hotel yang kami inapi sejak semalam. Tapi siang ini kami punya planning sendiri..
Ruang seminar terlalu sempit untuk peserta seminar yang meluap.. Akhirnya kami harus mengalah dan keluar dari ruangan setelah mendengar materi sesi 1
Siang itu sekitar pukul 11, akhirnya kami bertiga cabut dari seminar di hotel. Dibela2in deh mencari Bakso di seluruh kota Padang karena sudah eneg sama masakan padang. Bagaimana tidak, sudah 3 hari ya? Akhirnya dengan bersusah payah naik angkot bisa menemukan Bakso lapangan tembak. Tapi gimana juga, sambalnya tetap sambal padang.. (menepuk dahi deh)
Temanku tidak puas pesan bakso saja, masih ditambah dengan pangsit mi ayam. Tapi rasanya terlalu asin
Padahal menunya cukup menarik, ada berbagai jenis bakso. Tapi karena kami datangnya terlalu pagi, bakso kasarnya belum matang
Kesimpulan kunjungan kami di warung bakso.. rasa tidak terlalu memuaskan karena masih mengandung aroma padang, tapi ngidam baksonya sudah terpenuhi dan perut lumayan kenyang
A- Sebelum kembali ke kampung halaman, tujuan terakhir sebelum bandara adalah meneguk es duren terkenal di Padang. Tempatnya kecil dan sepertinya tidak representatif, namun begitu sudah nyeruput es nya.. baru tidak heran kenapa banyak orang suka mampir ke situ.. ternyata es nya mantap sangat!
Cuma, aku pribadi tidak terlalu suka durian yang sudah diolah2 sedemikian rupa. Kalau makan durian ya mending buah aselinya. Makanya aku pesan es yang lain, yaitu es campur
Temanku malah nambah pesan makan, yaitu makan empek2. Ini padang, bukan palembang. Tapi masih dekatlah, dan lebih dekat daripada makan empek2 di jawa. Aku tidak tertarik karena masih kenyang kena bakso tadi siang.
No comments:
Post a Comment